DokterSehat.Com– Berbohong adalah sesuatu hal yang sering dilakukan oleh siapa saja. Kadangkala, berbohong dilakukan bukan untuk menipu orang lain, melainkan untuk menutupi sesuatu hal atau tidak ingin menyakiti orang lain. Yang menjadi masalah adalah, tak hanya bisa merusak akhlak, berbohong ternyata juga bisa merusak otak.
Dilansir dari Lifehack, saat kita berbohong, tubuh ternyata akan mengeluarkan hormon kortisol atau hormon stres. Beberapa menit setelah kita mengucapkan kebohongan, memori otak kita akan mencoba untuk mengingat kebohongan dengan realita yang sebenarnya. Hal ini justru membuat otak mengalami kebingungan dalam mengambil keputusan atau mempertanyakan realita.
Setelah berbohong, kita cenderung mengalami stres. Stres ini berasal dari rasa khawatir bahwa kebohongan yang kita ucapkan akan diketahui oleh orang lain. Selain itu, kita juga akan cenderung menutupi kebohongan dengan kebohongan lain dan berusaha untuk berbuat sebaik mungkin kepada orang yang kita bohongi. Hal ini akan menambah kadar stres pada tubuh.
Jika kita sampai mengalami stres berlebihan akibat terlalu sering berbohong, maka otak akan bekerja dengan semakin keras. Tubuh pun kemudian akan mengalami peningkatan tekanan darah, memicu sakit kepala, sakit punggung, mual-mual, hingga kram. Di sisi psikis, kita juga akan mengalami kecemasan dan depresi, apalagi jika kebohongan yang kita lakukan ternyata berimbas sangat buruk bagi kondisi seseorang.
Melihat adanya fakta ini, ada baiknya kita selalu bersikap jujur kapanpun dimanapun. Tak hanya baik bagi hubungan antar manusia, hal ini juga bisa memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita.
Komentar
Posting Komentar